IMMawan Fiki Mokodompit Kabid Organisasi PC IMM BMR |
Sejak kelahiran IMM pada 14 maret 1964 yg di pelopori oleh Djazman Alkindi dan kawan-kawan, sampai detik ini IMM masih menunjukan eksistensinya di tengah kehidupan bangsa dan negara. Dengan identitas sebagai gerakan intelektual, yang dimotori oleh akademisi kader muda muhammadiyah di seluruh pelosok nusantara, IMM telah mengukir coraknya sebagai gerakan intelektual. Sebagai organisasi yang hadir dan lahir untuk menjawab tantangan zaman maka sudah menjadi konsekuensi logis bahwa gerakan IMM hanya di peruntukkan bagi persyarikatan, umat, bangsa, dan negara. Cita-cita IMM bukan hanya mencapai kejayaan organisasi semata melainkan untuk kepentingan rakyat. Kita patut bersyukur hingga detik ini perjuangan IMM masih bisa dilanjutkan sebagai kader-kader pelopor, penggerak, pelangsung, dan penyempurna amanah persyarikatan umat dan bangsa
Tradisi intelektual adalah akar dari suatu gerakan. Dalam artian sebagai pembangun dan pemerkuat landasan gerakan. Jika tradisi ini luntur, maka pupuslah gerakan-gerakan yang kita perjuangkan. Meminjam istilah Kuntowijoyo bahwasannya “intelektual adalah orang yang hidup dalam masyarakat dan meminjamkan pisau analisisnya kepada masyarakat, agar masyarakat bisa menghadapi probematika dan merumuskan sendiri solusinya”. Maka sudah seharusnya, seorang intelektual memiliki cakrwala keilmuan yang mumpuni, berfikir yang logis dan ilmiah, serta memiliki keikhlasan dalam bermasyarakat, guna menjawab setiap tantangan realitas.
Dalam buku “manifesto gerakan intelektual profetik” menjelaskan bahwa inteelktual profetik bukan hanya melakukan tindakan protes terhadap kebijakan kebijakan para penguasa, tapi juga penting untuk melakukan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat bawah. Jika kita merujuk pada tradisi intelektual Ki Bagus Hadikusumo terbagi menjadi tiga hal, yaitu membaca, menulis dan mendokumentasi. Hal yang patut kita teladani adalah membaca buku, karena dengan membaca buku kita dapat menangkap informasi yang bisa kita telaah dan kontekstualisasikan ke dalam realitas kehidupan.
Tradisi intelektual tidak hanya berhenti hanya pada dunia literasi. Dunia literasi dalah kehidupan intelektual yang sangat penting, tetapi harus sampai pada tahap transformasi ide dan tidak berhenti pada wacana yang biasa kita katakan utopis dan mengawang-angawang. Untuk mewujudkan budaya intelektual sejati, harus sampai pada aksi, perbuatan dan refleksi. Sehingga tradisi intelektual, membaca, menulis dan diskusi dapat menjadi pupuk organik yang memperkuat dan menumbuhkan pohon ide dan gagasan kita, mulai dari akar samapai ke buahnya. Kemudian langkah praksis dan gerakanlah yang akan menentukan dimana sebenarnya posisi kita sebagai kaum intektual.
Gerakan intelektual tidaklah lengkap tanpa adanya perbuatan, dan perbuatan adalah syarat utama dalam meraih sebuah perubahan dan tentunya harus ditopang oleh gagasan-gagasan progresif dan mencerahkan, sebagai intelektual IMM tidak hanya berhenti mendialogkan gagasan saja melainkan mengupayakan juga perwujudannya dalam merespon realitas, sehingga IMM mampu menghasilkan produk intelektualnya, baik itu gerakan sosial kemasyarakatan, gerakan dakwah mencerahkan, dan gerakan edukasi, Itulah bentuk nyata dari dialektika yang dilakukan IMM.
Dengan demikian cita-cita perubahan sosial yang kerap kali didengungkan akan terwujud, tentunya dengan ide dan gerakan-gerakan praksis yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Sehingga, IMM sebagai gerakan intelektual yang berorientasikan kepada keadilan, dengan kesungguhan hati membawa spirit keberpihakan kepada kebenaran dengan mennjunjung tinggi kemanusiaan, kedamaian, dan keberagaman yang menjadi dasar terbentuknya negara indonesia. Yang demikian itu IMM perlu menjembatani tiap kepentingan masyarakat.
Oleh: IMMawan Fiki Mokodompit (Kabid Organisasi Cabang IMM BMR)
No comments