IMM DAN GERAKAN SOSIAL
Keberpihakan terhadap kaum yg lemah adalah suatu keharusan dan kewajiban bagi bagi setiap muslim, baik itu sebagai mahasisswa, pemerintah maupun ormas. Tidak bisa di pugkiri Teologi al-maun telah menjadi napas dan landasan pergerakan bagi IMM dan muhammadiyah. Sebagai gerakan mahasisswa islam, yang menjadikan kopetensi sosial sebagai dasar pergerakannya, IMM harus bergumul dengan berbagi macam realitas dan problematika kehidupan masyarakat.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? itulah orang yang meghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin. Maka celakahlah bagi orang-orang yang solat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,orang-orang yang riya dan enggan menolong dengan barang yang berguna”.{Qs.al-Ma’un: 1-7) . Kiyai dahlan berulang-ulang mengkaji al-Quran surah al-Ma’un bersama murid-muridnya lantaran kandungan ini memiliki makna yang amat dalam. Yakni tentang prinsip dasar kemanusiaan dan prinsip kemanusiaan tersebut tidak terlepas dari transendensi kepada sang khalik, sehingga enggan melaksanakan prinsip tersebut dicap sebagai ‘pendusta agama’
Begitupun bagi gerakan IMM, surah al-Ma’un tersebut menjadi spirit untuk melakukan transformasi nilai-nilai kemanusiaan yakni sebagimana yang telah termaktub di dalam konstitusi imm, yang di mana dalam tujuan IMM dengan penyebutan kalimat ‘akademisi islam yang berakhal mulia’ kemudian di lanjutkan dalam nilai dasar ikatan yang menyatakan ‘ketidak adilan’ dan kemungkaran adalah lawan besar bagi IMM. Dengan konstitusi tersebut, maka sangat jelas bahwa kader imm yang mengaku sebagai akademisi islam yang berakhalak mulia harus berpihak penuh terhadap yang lemah, dan tentunya memiliki potensi utuh menjadi intelektual yang memiliki semangat pembesan dan kemanusiaan yang bukan hanya melakukan transformasi sosial tapi juga transformasi agama yakni,semangat pembebasan yang di landasi keimanan yang berjuang untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan. Sehingga kehadiran IMM bukan hanya menjadi utopia semata namun di buktikan dalam gerakan praksis di tengah masyarakat dengan meminjamkan pisau analisisnya kepada masyarakat untuk menjawab setiap realitas dan problematika sosial yang terjadi di tengah masyarakat, untuk kemudian merespon dengan kritis dan bijak setiap problematika yang terjadi.
Keberpihakan IMM terhadap kaum lemah seyongiannya menjadi agenda besar IMM di manapun kader-kadernya berada dalam menumpas ketidakadilan,kesewenang-wenangan dan ketimpangan yang terjadi di masyarakat, baik yang bersifat kultur maupun struktur. Maka konsekuensi logisnya imm sebagai gerakan mahasisswa islam harus memiliki kesadaran untuk terlibat dalam merespon realitas. Hal itu pula merupakan upaya untuk membumikan semangat transendensi yan memang menjadi landasan gerakan IMM.
Dengan demikian perlu kita pahami bahwa hakikat islam rahmatan lil’alamin bukan islam yang berkutat dengan ritual ibadah saja. Melainkan juga membela kemanusiaan sebagai wujud dari keislaman sejati.
Ditulis Oleh: Fiki Mokodompit (Kabid Organisasi PC IMM BMR)
No comments